Posted by : Unknown
Sabtu, 28 Mei 2016
MANAJEMEN RETAIL
Makalah Oleh :
Trihan Syahril ( 224413144 )
Diajukan
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Tugas Mandiri
Manajen
Retail
SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN TRANSPORT TRISAKTI
( STMT Trisakti )
2015
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Allah SWT
atas rahmat dan karunia-Nya sehingga saya menyelesaikan peneliian dan makalah yang berjudul SEMBILAN POKOK BAHASAN MANAJEMEN RETAIL Makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat
kelulusan dalam meraih Tugas mandiri
makalah ini membahas Sembilan bahan pokok
manajemen retail .
Dalam
penulisan makalah ini, penulis menyadari
sesungguhnya masih banyak terdapat kekurangan dan kelemahan, untuk itu kritik
dan saran yang membangun dari semua pihak sangat penulis harapkan guna
menyempurnakan makalah ini.
Akhirnya
penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
proses penyelesaian makalah ini. Semoga makalah ini dapat berguna dan berhasil
bagi kita semua. Amin
Penulis,
Trihan Syahril
DAFTAR ISI
Hal
Daftar Isi …………………………………………………………………..
BAB 1
MENGENAL DUNIA BISNIS RITEL
1.1
Latar Belakang
Menurut Alex. S. Nitisemito
(1992:9)manajemen adalah ilmu dan seni untuk mencapai suatu tujuan melalui
kegiatan orang lain.
Menurut Malatu S.P. Hasibuan (1995:9) manajemen merupakan ilmu dan seni, mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber daya lainnyasecara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
Menurut Malatu S.P. Hasibuan (1995:9) manajemen merupakan ilmu dan seni, mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber daya lainnyasecara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
Meskipun banyak difinisi yang
dirumuskan, tetapi semua definisi tersebut mengacu pada satu pengertian yaitu
manajemn merupakan suatu seni atau suatu proses perencanaan, pengorganisasian.
Pergerakan dan pengendalian atas sumber-sumber daya yang dimiliki untuk
mencapai tujuan yang di tetapkan.
Sedangkan retail atau eceran merupakan
semua kegiatan penjualan barang dan jasa secara langsung kepada konsumen akhir
untuk pemakaian pribadi dan rumah tangga, bukan untuk keperluan bisnis. Bila
institusi pabrikan, wholesaler atau retail store menjual sesuatu kepada
konsumen akhir untuk pemakaian nonbisnis, maka berarti mereka telah
melakukan penjualan eceran. Ada empat fungsi utama retailing, yaitu:
melakukan penjualan eceran. Ada empat fungsi utama retailing, yaitu:
1. Membeli dan menyimpan barang.
2. Memindahkan hak milik barang tersebut kepada konsumen akhir.
3. Memberikan informasi mengenai sifat dasar dan pemakaian
barang tersebut.
4. Memberikan kredit kepada konsumen (dalam kasus tertentu).
Adapun yang dimaksud dengan retailer
atau retail store adalah perusahaan yang fungsi utamanya menjual produk kepada
konsumen akhir untuk pemakaian pribadi dan rumah tangga. Penekanan pada fungsi
utama tertentu ini untuk menunjukkan bahwa retailer merupakan lembaga yang
dapat berdiri sendiri. Pemanufaktur dan petani juga dapat bertindak sebagai
retailer, namun fungsi utama rnereka bukanlah menjual produk ke konsumen akhir
melainkan memproduksi suatu barang dan bertani. Pengecualian diberikan pada
service retailing di mana retailer dalam hal ini juga adalah produsen.
1.2
Posisi Ritel dalam Manajemen Rantai Pasokan
Pengecer merupakan komponen kunci dalam rantai
pasokan yang menghubungkan produsen ke konsumen.
Sebuah rantai pasokan adalah seperangkat perusahaan yang membuat dan
menyampaikan barang dan jasa ke konsumen
Terdiri
dari (1) Vertical Integration, (2) Backward Integration, (3) Forward
Integration .
1.3 Kenapa Ritel Dibutuhkan
Pengecer
sangat efisien dalam melakukan kegiatan yang dijelaskan
di bawah ini yang meningkatkan nilai produk dan jasa bagi konsumen:
1.
Menyediakan berbagai macam
produk dan jasa,
2.
Memecah Barang Bulk
3.
Mengelola Persediaan,
dan
4.
Menyediakan layanan
langsung kepada Konsumen
Faktor-faktor ekonomi yang relevan dalam memilih retail store
antara lain meliputi:
1. Harga.
Ada retail store yang memasang harga mati seperti supermarket
dan departement store) dan ada pula yang menetapkan harga fleksibel atau dapat
ditawar (seperti discount store).
2. Kemudahan
Kemudahan parkir, bisa cepat pergi setelah membayar, dan mudah
mencari barang yang diinginkan (meliputi proses menemukan, membandingkan, dan
memilih).
3. Kualitas produk yang ditawarkan.
4. Bantuan wiraniaga.
BAB 2
TIPE BISNIS RITEL
2.1 PEMBAHASAN
Bisnis Ritel Beragam mulai dari PKL yang menjual hotdog/burger ke bisnis Ritel multi-channel seperti Giant dan Carrefour
Karakteristik
Bisnis Ritel bisa dilihat dari:
1. Jenis Merchandise
2. Variasi & Assortment
Produk
3. Tingkat Layanan yang
Disediakan
4. Harga dan Biaya Penawaran Produk serta Keluasan dan Kedalaman Merchandise dan Layanan
KARAKTERISTIK DAN TIPOLOGI
1. Karakteristik
Small Enough Quantity (Partai kecil,dalam jumlah secukupnya untk
dikonsumsi sendiri dalam periode tertentu)
Impulse buying (kondisi yang tercipta dari ketersediaan barang dalam jumlah dan jenis yang sangat variatif sehingga menimbulkan banyak pilihan untuk konsumen)
Store Condition ( KOndisi lingkungan dan interior dalam toko)
2. Tipe Bisnis Retail
Impulse buying (kondisi yang tercipta dari ketersediaan barang dalam jumlah dan jenis yang sangat variatif sehingga menimbulkan banyak pilihan untuk konsumen)
Store Condition ( KOndisi lingkungan dan interior dalam toko)
2. Tipe Bisnis Retail
Klasifikasi retail berdasarkan :
Kepemilikan ( Owner ):
Single-Store Retailer (tipe yang paling banyak jumlahnya dengan
ukuran toko umumnya dibawah 100 m²)
Rantai Toko Retail (toko retail dengan banyak cabang dan dimiliki oleh institusi perseroan)
Toko Waralaba (toko yang dibangun berdasarkan kontrak kerja sama waralaba antara terwaralaba dengan pewaralaba)
Merchandise Category:
Rantai Toko Retail (toko retail dengan banyak cabang dan dimiliki oleh institusi perseroan)
Toko Waralaba (toko yang dibangun berdasarkan kontrak kerja sama waralaba antara terwaralaba dengan pewaralaba)
Merchandise Category:
1. Specialty Store/ Toko Khas (Menjual satu jenis kategori
barang yang relative sedikit/ sempit)
2. Grocery Store/ Toko Serba Ada (menjual barang groceries
(sehari-hari))
3. Departement Store (menjual sebagian besar bukan kebutuhan
pokok, fashionable, bermerek, dengan 80% pola konyinyasi)
4. Hyperstore(menjual barang dalam rentang kategori barang yang
sangat luas)
Luas Sales Area :
1. Small Store/kiosk (kios kecil yang umumnya merupakan toko
retail tradisional, dioperasikan sebagai usaha kecil dengan sales kurang dari
100 m²)
2. Minimarket (dioperasikan dengan luasan sales area antara
100-1000 m²)
3. Supermarket (dioperasikan dengan luasan sales area antara
1000-5000 m²)
4. Hypermarket (dioperasikan dengan luasan sales area antara
lebih dari 5000 m²)
Non-Store Retailer
2.2 TREND
INDUSTRI RETAIL DI INDONESIA
Untuk mempertahankan keunggulan kompetitifnya, retailer akan
beroperasi dengan bentuk organisasi yang lebih ramping dan effisien. Pada masa
datang retailer akan beroperasi dengan gross margin yang lebih rendah, biaya
operasional yang lebih kecil, lebih sedikit inventori dengan perputaran barang
yang lebih cepat.
Trend konsumen masa depan adalah Pay Less, Expect More, Get
More. Konsumen masa depan adalah konsumen yang memiliki ekpektasi yang lebih
tinggi, meminta lebih banyak, menginginkan kualitas yang lebih tinggi dan
konsisten, lebih banyak pilihan, toko yang lebih nyaman dan pelayanan yang lebih
bernilai, namun dengan membayar lebih murah, waktu lebih cepat, dengan usaha
dan resiko lebih rendah. Dapat diperkirakan, kompetisi selanjutnya, tidak hanya
pada harga, namun menyangkut variable lain yang berkaitan dengan value atas
pengalaman berbelanja pelanggan.
Dalam millenium baru ini beberapa trend yang sudah dan akan
terjadi di Indonesia dan memberikan dampak bagi industri retail diantaranya :
Gelombang masuknya retailer asing.
- Evolusi ke Format Retail Baru
- Meningkatnya keluarga dengan double income (suami-istri
bekerja).
- Pertumbuhan kota-kota satelit disekeliling kota besar.
- Mobilitas yang semakin tinggi dan waktu luang yang semakin
sedikit.
Evolusi perkembangan format retail di Indonesia dapat di bagi
atas beberapa tahapan:
1. Sebelum 1960-an : Era perkembangan retail tradisional berupa
retailer atau pedagang pedagang independen.
2. Tahun 1960-an : Era perkenalan retail modern dengan format
Department Store (Mass Merchandiser), ditandai dengan dibukanya gerai retail
pertama SARINAH di Jl. MH Thamrin.
3. Tahun 1970-1980-an: Era perkembangan retail modern dengan
format Supermarket dan Department Store, ditandai dengan berkembangnya retailer
modern (Mass Merchandiser dan Grocery) seperti Matahari, Hero, Golden Truly,
Pasar Raya dan Ramayana. Pada masa ini juga berkembang format Drug Store, yang
lebih dikenal dengan nama apotik.
4. Tahun 1990-an : Era perkembangan Convenience Store (C-Store),
High Class Departmet Store, Branded Boutique (High Fashion) dan Cash and Carry.
Perkembangan C-store ditandai dengan maraknya pertumbuhan Indomaret dan AMPM.
Perkembangan High Class department Store dan High Fashion Outlet, ditandai
dengan masuknya SOGO, Metro, Seibu,Yaohan, Mark & Spencer dan berbagai
outlet high fashion lainnya. Pekembangan format Cash and Carry ditandai dengan
berdirinya Makro, diikuti oleh retailer lokal dengan format serupa misalnya
GORO, Indogrosir dan Alfa.
5. Tahun 2000 - 2010 : Era perkembangan Hypermarket, Factory
Outlet, Category Killer dan perkenalan dengan e-retailing. Era Hypermarket
ditandai dengan berdirinya Continent Hypermarket dan Paserba Carrefour di tahun
1998. Pada tahun 2002 akan dibuka Hypermarket GIANT, dan beberapa gerai
hypermarket lainnya. Adanya kebutuhan akan barang bagus/bermerek dengan harga
miring akibat krisis ekonomi yang berkepanjangan mendorong perkembangan
Category Killer dan Factory Oulet. Di beberapa tahun ke depan, akan bermunculan
category killer di berbagai kategori produk seperti Family Apparel, Consumer
Electronic, Auto Aftermarket, Home/Bed/Bath, Home Improvement, Pet Supply,
Craft/Hobby, Computer, Sporting Goods, melengkapi category killer yang telah
berkembang saat ini seperti Department Store, Book Stores, Electronic, Office
Supply dan Toy Stores. Berbagai factory outlet kini mulai menjamur di kota
Bandung dan Jakarta, misalnya Millenia dan Metro Factory Outlet. Multipolar
Group dengan LIPPOSHOP-nya berjasa dalam memperkenalkan e-retailing di
Indonesia, contoh retailer yang berbasis internet misalnya sanur, click and
drag dan gramedia on-line.
6. Tahun 2010-2020 : Era perkembangan Hard Discounter Store dan
Catalog Services. Persaingan harga yang semakin sengit akan mengarahkan
retailer mencari alternatif format retail yang lebih effisien. Sehingga pada
masa ini akan menjamur format Hard Discounter menggantikan format Hypermarket.
Format hardiscounter menawarkan produk sejenis dengan harga 15-30% lebih murah
dibandingkan format retail lainnya. Pada masa ini private label akan semakin
populer. Selain itu untuk barang-barang tahan lama misalnya pakaian, appliances
dan elektonik, akan berkembang melalui format Catalog Services. Format ini
memungkinkan retailer untuk menjual dengan harga lebih murah karena tidak
mengeluarkan biaya investasi dan operasional toko secara fisik. Semakin
memasyarakatnya kepemilikan PC dan akses internet akan mendorong pertumbuhan
format catalog melalui e-retailing.
7. Setelah tahun 2020 : Era perkembangan e-retailing dan Toko
Spesialisasi. Tingkat kepemilikan PC dan akses internet akan semakin merata di
Indonesia, sehingga mendorong ke arah perkembangan e-retailing yang
sesungguhnya. Pemesanan dan pembayaran produk dilakukan melalui internet,
bahkan pada masa tersebut kita dapat menggunakan handphone-PDA atau handheld
terminal yang disediakan retailer untuk melakukan pembelian produk saat
berkunjung ke supermarket. Cukup scan barang yang akan kita beli dengan
Handphone-PDA atau handheld, selanjutnya kita boleh langsung membayar dengan
credit card secara on-line lewat peralatan tersebut atau dengan cash di
cashier. Kecenderungan berikutnya yang mungkin terjadi adalah toko spesialisasi
akan menjamur, sehingga untuk membeli rokok misalnya, orang lebih senang pergi
ke toko khusus yang menjual berbagai jenis rokok (Ciggarette Outlet), dengan
harga yang tentu saja lebih bersaing.